Minggu, 14 September 2014

Kohaku Ratunya Ikan Koi


Orang Jepang mempunyai ungkapan " memelihara koi berawal dari Kohaku dan diakhiri dengan Kohaku " bagi penggemar ikan koi di Jepang, Kohaku memang diakui sebagai ratunya koi. Sama seperti orang Jepang, saya pun selalu terpesona dengan Kohaku, perpaduan warna merah putih yang kontras pada tubuh ikan koi yang gemuk proporsional memiliki daya tarik yang kuat. Saya selalu memulai dengan Kokaku sebagai koleksi awal ikan koi.



Pada jaman Bunka dan Bunsei, tahun 1804 - 1829, ikan mas hasil mutasi yang berwarna putih dan merah pada pipinya pertama kali ditemukan, dari sinilah awal muasal Kohaku. Si Putih dengan pipi merah ini melahirkan ikan koi yang berwana putih bersih, selanjutnya koi putih ini disilangkan dengan Higoi yang berwarna merah, yang melahirkan keturunan koi putih dengan warna merah pada abdomennya.

Pada zana Tenpo, tahun 1830 - 1843, dihasilkan kohaku dengan warna merah pada sebagian kepalanya, yang dijuluki Zukinkaburi, kohaku berkepala merah (Menkaburi), kohaku berbibir merah (Kuchibeni), dan kohaku berbintik merah pada punggung (Sarasa).

Jumat, 12 September 2014

Cacing pada Filter Kolam KOI

Cacing pada filter kolam itu bagus atau tidak sih ? kalau kita buka filter kolam koi kita yang menggunakan system biologis, akan terlihat banyak cacing kecil berwarna merah atau coklat hitam pada media filter, dasar filter dan dinding filter, cacing itu biasa disebut cacing darah. 

Media filter biologis yang terdiri dari bio ball, jap mat, brush, atau media lainnya, memang sengaja dibuat agar bakteri yang menguntungkan dapat tumbuh dan mengurai kotoran ikan dan menjadikan air kolam tetap jernih. Pada kolam yang seudah mature atau matang, dengan kapasitas filter sesuai dan mampu mengurai limbah organik kolam, air akan menjadi bening. Cacing sutra memanfaatkan bio ball sebagai tempat tinggalnya, cacing ini berfungsi menjernihkan air karena merubah zat nitrid menjadi zat nitrad yang bermanfaat.
Jap Mat

Bio Ball
Cacing merah atau cacing darah tersebut hampir sama dengan bakteri nitrifikasi yang menyerap zat organik pada air yang mengalir ( tapi bukan nitrifikasi ). Pada media yang statis dan terbuka seperti got, biasanya cacing sutra ini menempelkan diri pada media yang ada pada got dan menjulurkan sebagian tubuhnya melambai-lambai untuk menyerap material organik.

Pada media yang terendam seperti bio ball pada filter kolam, cacing sutra akan membungkus diri dengan lumpur tipis dan menjadi sarang, sehingga lumpur terakumulasi dalam filter, yang efeknya akan membuat air menjadi jernih.

Cacing sama seperti zooplankton lainnya, yang bisa menjadi sumber nutrisi untuk makroorganisme lainnya, seperti ikan, jadi adanya cacing pada filter bukan menjadi masalah, bahkan bila cacing terlepas dan tersedot pompa lalu masuk ke kolam utama, akan menjadi makanan alami bagi ikan.

Pada saat kita membersihkan filter ada kemungkinan microorganisme yang terbentuk ikut terbuang dan proses biofiltrasi akan terhenti, bila filter di cuci dengan mengexpose media filter dan mengeringkan filter, akan mengakibatkan pertumbuhan bakteri dimulai dari awal lagi, apalagi bila menggunakan obat anti bekteri yang mengakibatkan efek racun pada perkembangan bakteri. 

Kamis, 11 September 2014

Sejarah KOI

Sejarah Ikan KOI

Menurut sejarahnya orang China yang pertama kali menernakkan ikan karper, sekitar tahun 1300 an, jika kemudian ikan koi dikenal sebagai produk Jepang tentu ada sebabnya.

Pusat pembenihan ikan koi di Jepang terdapat di daerah pegunungan Ijiya, Niigata, daerah ini terkenal sebagai penghasil ikan karper, karena penduduk Ojiya banya membudidayakan ikan karper untuk lauk selama musim panas. Pada musim dingin mereka tidak mungkin membudidayakan ikan karper, karena daerah itu akan tertutup salju, sebelum cuaca menjadi dingin, ikan karper akan menempati kolam di dalam rumah, dan memasuki musin dingin ikan karper dijadikan lauk bagi penduduk Ojiya.

Melalui pembudidayaan bertahun-tahun, diperolehlah keturunan yang berwarna merah atau biru cerah, dari sanalah dimulai upaya untuk mendapatkan keturunan yang memiliki warna yang lebih indah. Pada tahun 1870 didapatlah KOHAKU ( merah dan putih ), menyusul pada tahun 1910 SHIROUTSIRI ( putih dan hitam ), dan KINUTSURI ( kuning dan hitam ). Tahun 1930, mulailah ditemukan ikan karper dengan warna dan garis yang lain, dika pada awalnya hanya satu warna, kemudian disusul penemuan dua dan tiga warna.

ikan koi
Tahun 1904, Jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap bahkan tidak bersisik sama sekali sebagai hadiah kepada Kaisar Jepang. Orang Jepang lalu membudidayakan jenis koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi. Jika koi warna-warni Jepang dikenal sebagai NISHIKIGOI, maka koi Jerman dikenal dengan sebutan DOITSUGOI ( Koi Jerman ). Dalam bahasa Jepang, NISHIKI mengandung makna kain yang beraneka warna, sedangkan GOI berarti karper. NISHIKIGOI pun akhirnya dikenal dengan nama KOI.

Kata KOI menurut cara penulisan Jepang mempunyai dua makna, makna pertama adalah ikan, makna kedua adalah murni atau sempurna, jadi kedua makna ini KOI bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapu dan teratur pada sisik di badannya, dengan kata lain, KOI adalah ikan yang benar-benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni.

Selasa, 09 September 2014

Perbedaan Ikan Koi Lokal dan Import

Perbedaan KOI Import dan KOI Local

Ikan KOI Lokal adalah ikan koi yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia, biasanya merupaka generasi kesekian daro ikan koi yang didatangkan dari luar negeri.

Ikan KOI Impor adalah ikan koi yang didatangkan dari luar negeri, negara yang terkenal dengan kualitas koi bagus adalah Jepang.

Bila dilihat dari kualitas, antara koi lokal dan koi impor bisa dibilang sama-sama bagus, tinggal kejelian anda memilih ikan koi yang berkualitas. Ikan koi lokal pun bisa dibedakan dari dimana dibudidayakannya, yang terkenal adalah Blitar dan Sukabumi, makanya sering di dengar ikan koi Blitar atau ikan koi Sukabumi.

Apa saja yang membedakan ikan koi lokal dan ikan koi impor, berikut ulasannya :

  1. Harga, Ikan koi impor lebih mahal dari ikan koi lokal, hal ini antara lain disebabkan biaya produksi dan distribusi ikan koi impor yang lebih mahal, termasuk diantaranya pengenaan bea masuk ikan koi import yang membuat harganya berkali lipat dibanding ikan koi lokal.
  2. Warna, ketika ikan koi masih berukuran dibawah 50 cm, perbedaan warna antara koi lokal dan koi impor tidak mencolok, keduanya sama-sama kuat dan tajam, bahkan tidak jarang koi lokal bisa mengungguli koi impor. Namun bula ukuran ikan koi sudah lebih dari 50 cm, akan terlihat perbedaan dari kualitas keduanya, warna ikan koi lokal akan semakin memudar, terutama pada warna putih, sedangkan ikan koi impor masih tetap bertahan.
  3. Mata, ikan koi impor memiliki mata yang lebih besar dan tampak seperti timbul keluar dari kepala, sedangkan ikan koi lokal memiliki mata yang wajar seperti ikan lainnya.
  4. Bentuk, ikan koi lokal memiliki bentuk tubuh yang sedikit membulat, perut ikan koi agak membuncit dengan ukuran ekor yang lebih pendek, sebaiknya ikan koi impor terlihat memanjang pada bagian badan sampai ekornya.
Ikan Koi
Dikutip dari forum KPK di FB.